karimun jawa

Minggu, 20 Maret 2011

Embun di Seperempat Pagi


Oleh : Wulan ‘Tsuki Yugure’

Bulan terang benderang di atas sungai, memancarkan cahaya indah. Malam semakin kelam membelam  hanya akan ada sepi yang temani. Aku duduk sendiri di antara bulan dan malam yang kelam, mencari kebahagian di antara bintang yang bertabur di langit malam.
Masih terbayang di kepala kejadian 6 bulan lalu. Tak pernah bisa enyah dari ingatan, bahkan terus hantui aku. Dimanapun, kemanapun aku selalu saja membawa kenangan itu ikut. Seperti rantai dengan  sebongkah batu besar yang selalu gelayuti kaki kemanapun aku melangkah.
Jangan takut…!” kata-kata  yang seharusnya menjadi penenang itu buatku tak ada artinya, malah  itu terdengar sangat menakutkan bila aku mendengarnya .
Kini hatiku gelap akan adanya cinta, yang ada hanya luka yang menganga lebar di atas semua rasa yang aku punya.
****
                       
Pagi ini aku bangun lebih lambat dari biasanya. Badanku rasanya tak ingin beranjak dari tempat tidurku yang nyaman ditambah dengan selimut hangat. Aku mengambil hapeku di atas meja dengan mata setengah terpejam. Pagi ini harus ganti status, karena itu adalah rutinitas baru yang tak akan pernah terlewatkan olehku.
Status pagi ini : malas kali kuliah … jam pertama masih ngantook !!! hoeaaam.
           
Setelah mengganti status yang sebenarnya gak penting buat di komentari aku pun melanjutkan kembali tidurku. Berharap bisa tidur 5 menit lagi. Ini akibat tadi malam aku bergadang sambil online di facebook. Aku chatting dengan orang yang sangat seru hingga aku lupa waktu. Dan … wuaaah aku terbangun jam 07.09 menit, ini sangat gawat. Bagaimana cara aku mengatasi waktu yang terbatas ini? Aku Cuma punya waktu setengah jam 15 menit lagi untuk bisa sampe dikampus tepat waktu dan sekarang aku belum melakukan apapun. Dan jarak tempuh dari rumah ke kampus kira-kira 30 menit.
Gawaat… cmana ini? Mandi aja lah dulu.”
Segera aku menyambar handuk yang ada di belakang pintu kamarku dan langsung beranjak ke kamar mandi. 10 menit  waktuku untuk mandi, sekarang pake baju. Pake baju adalah waktu yang paling banyak menguras pikiran, karena harus memilih yang mana akan kupakai untuk hari ini. Aku melanjutkan kembali aktivitasku dan segera pergi kuliah.
           
            Hari ini aku merasa berat sekali, bukan karena aku sakit. Aku merasa ada yang mengganjal hingga aku merasa perasaanku tak enak hari ini, bahkan akhir-akhir ini. Bawaanku selalu saja melamun ataupun tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencang lalu aku merasa sangat sesak tanpa ada kejadian. Apa sebenarnya yang hendak terjadi ?
            “kenapa ?” teman-temanku bertanya setiap  aku menghela nafas “hari ini kau beda dari biasa. Ada kejadian apa ? kesambet setan apa?” aku menjawab hanya dengan senyum.
            Pulang kuliah siang ini aku malas kemana-mana dengan teman-temanku, dan aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar disekitar kampusku ini. Setelah mencari tempat yang kuanggap aman, aku segera mengambil laptopku dari dalam tas dan mengaktifkan internetnya. Saatnya online !
            Yang pertama kali kubuka adalah facebook, dan mencari orang untuk chat sambil melanglang buana di dunia maya. Kali ini begitu aku membuka daftar chat online mataku langsung saja mencari seseorang yang akhir-akhir ini sangat asyik di ajak mengobrol. Lelaki itu bernama Mahendra, aku telah mengenalnya lebih dari 2 tahun karena dia adalah seniorku di salah satu kampus. Pasti kalian bertanya kenapa aku tak menemuinya di kampus ? sangat susah untuk bertemu dengannya, dia sudah kerja disalah satu instansi pemerintahan.
[Embun]  pusing bang !
[Mahendra] knapa ?
[Embun] lagi ada masalah, pengen refresinglah!
[Mahendra] refresing kemana ?
[Embun] kemana aja lach. Pokoknya pengen refresing.
[Mahendra] enaknya kemana?
[Embun] pengennya ke taman bermain.
[Mahendra] taman bermain mana asyik. Bagaimana kalo kesuatu tempat yang asyik dan nyaman.
[Embun] dimana itu ?
[Mahendra] Bukit lawang.
[Embun] boleh juga. Kapan?
[Mahendra] enaknya kapan?
[Embun] pengen secepatnya mencuci otak bang.
[Mahendra] minggu ini bagaimana ?
            Aku bengong, kenapa secepat ini. Ini sudah hari kamis dan tinggal 2 hari lagi untuk membuat persiapan. Aku bingung mau ikutan dengannya apa tidak.
[Embun] dengan siapa aja ?
[Mahendra] kita berdua saja.
[Embun] hah... mana asyik.
[Mahendra]  kan tau kalo abang gak suka dengan keramaian. Terserah sih mau nerima atau gak.
[Embun] aku akan pikir kembali. Nanti aku langsung sms abang aja ya ?
[Mahendra] baiklah. Abang tunggu.”
[Embun] OK...

            Setelah berpikir lama, mulai dari berpikir waktu nonton TV, berpikir waktu mandi, berpikir waktu makan, berpikir waktu melamun, akhirnya aku telah mengambil keputusan. Aku mengambil hapeku lalu mengetik sms dan langsung ku kirimkan.
Baiklah bang.
Setelah aku pikir, aku mau ikutan.
Aku percaya sama abang. Aku pikir
Juga tak akan apa-apa. OK bang !!!


            Sudah lama tak bersenang-senang. Aku tak sanggup memikirkan betapa menyenangkannya liburan ini. Aku memegangnya erat dari belakang sambil tetap saja aku memikirkan hal-hal menyenangkan yang akan terjadi dan dia masih melaju dengan kecepatan penuh dengan motornya. Tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh, perasaan cemasku tiba-tiba muncul kembali.

            Kami tiba di tempat itu pukul 21.05 dan langsung saja kami berdua mencari penginapan untuk kami berdua tinggali. Kami mencari yang termurah dan terbaik, dan setelah lelah mencari akhirnya kami mendapatkan penginapan yang sangat strategis. Didepan penginapan itu ada air mengalir. Wuih... betapa menyenangkannya bangun tidur langsung mendengar suara air. Setelah beberes dan ganti baju kami pun langsung saja mencari makan diluar penginapan, sambil menikmati suasana malam di bukit lawang yang dingin ketika malam tiba. Sehabis makan langsung kembali kekamar, dia melihatku mengantuk dan mengajakku kembali. Tiba di kamar aku tak diberi kesempatan untuk tidur, dia mengajak aku bermain kartu remi yang sengaja aku beli disaat-saat seperti ini. Dan aku kalah telak, wajahku sudah dipenuhi dengan lipstik. Dia nyengir, menyebalkan.
            Malam merangkak semakin malam. Mataku juga sudah sangat berat untuk tetap berusaha terbuka.
“aku sudah sangat mengantuk.” Ujarku
“begh... katanya anak alam. Masih jam 1 udah ngantuk, apaan itu” aku tak peduli dia berkata apa, tetap saja aku masuk kamar mandi untuk mencuci wajahku lalu naik ketempat tidur dengan seketika tertidur.
“woi... cepat kali tidurnya.”
“ngantuk bang.” Aku langsung saja tertidur disampingnya tanpa peduli dia lelaki atau pun perempuan.

Hingga pada malam itu, antara mimpi dan nyata ketika kesadaranku hanya 0,5 % Suara itu menerkamku dalam diam, dan genggaman tangan itu menjeratku dalam gelap. Tak dapat berkata-kata, seperti gagu. Diam, hening.
            Aku tersadar ketika aku memegang sesuatu. Aku menghempaskan dia lalu aku kembali terdiam. Apa itu ??? aku menangis sebisaku, melukai tubuhku juga sebisaku. Aku takut...
“embun....” aku masih menangis ketika dia mendekati aku “maafin abang, abang khilaf dek !” dia menggenggam tanganku sambil memohon maaf.
“aku takut...” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku, tubuhku bergetar
“maafin abang, mohon jangan katakan ini pada siapapun. Abang benar-benar khilaf.”
Aku tetap saja menangis hingga air mataku juga tak ada lagi. Dia tetap menungguiku sambil memohon maaf, hingga akhirnya aku mengangguk. Entah memaafkannya atau tidak, aku tak tau yang ku tahu aku hanya mengangguk.

Tangan-tangan itu mengobrak-abrik jiwaku dan seluruh tubuhku. Aku telah benci dengan diriku sendiri yang terlalu percaya pada orang dan aku benci lelaki munafik yang berkelakuan menjijikkan itu. Aku sangatlah benci dengan sentuhan. Aku juga sangat membenci orang-orang yang mengatakan kata-kata yang membuat aku semakin terpuruk itu.
“jangan takut…tenanglah.”

Aku mulai tak percaya kata yang terucap dari mulutmu, mulut mereka, ataupun mulut kau. Aku hanya mempercayai makna yang ada dihatimu, mendetak dijantungmu dan mengalir di darahmu, karena itu lebih jujur. Aku tak percaya kata-kata orang dewasa, sebab mereka hanya menutupi kesalahan mereka dengan kebohongan. Aku tak percaya laki-laki, sebab mereka hanya ingin kepuasan untuk mereka sendiri dan membiarkan aku menganggung harga mati dan menjaga harga diri mereka. Aku gelap mata, aku tak lagi peduli bunuh diri itu ajaran setan atau apa, tapi aku peduli akan sakit yang ku rasa karena aku telah merasakannya.
Itukah namanya bila aku bingung akan pilihan. Pilihan sulit dalam hidupku ketika harus memilih sakit mana yang akan kulewati. Bunuh diri atau merasakan dan menikmati trauma masa lalu itu membayangi hidupku. Mengirisku tipis-tipis dengan sayatan kecil yang menyakitkan.
Entah….
Masih saja gagu !
Trauma.
***
Jika  aku adalah malam, aku ingin ditemani bintang dan juga bulan di tiap malamku. Dalam gugusan bintang aku merindukanmu disetiap malamku sebab kau adalah komet yang tak selalu ada pada malam-malamku, saat ini hanya impian saja.
            Aku masih mencari kepercayaanku yang hilang  di antara seperempat pagi. Aku tetap meraba malam agar sakit ini tak kutanggung sendiri. Aku ingin berbagi. Aku ingin berbagi denganmu, dengan mereka, dengan dia agar sakit ini tak harus ku tanggung sendiri. Lelaki pertama di malam itu berdiri mematung di depan rumahku.







Sabtu, 12 Maret 2011

BIRU

Biru itu cerah, biru itu keindahan, biru itu cinta, biru itu suka, biru itu sahabat, biru itu motornya, biru itu senyumnya, biru itu segalanya tentang dia.lalu pada malam dihari hujan, tiba-tiba biruku berjelaga. berjelaga, berjelaga, lalu mencair di biruku menetes-netes dibiruku. semua menjadi gelap, hitam pekat. ah... aku tak suka hitam pekat. yang aku mau biru, bukan hitam. bagaimana ini, aku terjebak di dalam biru yang berwarna hitam pekat. aku benci !!!



Jumat, 04 Maret 2011

PLEASE, MY BUS !!!

Aku berlari, dengan kekuatan penuh.

Berlari menujumu.

Aku juga berteriak, memanggilmu dengan kuat

Agar kau mendengar aku.

Please, my bus...

Please, my bus...

Berhentilah, agar aku dapat menjangkau dia.

Agar jarak ini sedikitnya menjadi lebih dekat.

Jangan, jangan kau jauhkan aku dengannya.

Aku takut bila harus kehilangannya.

Please, My bus

tetaplah tinggal untukku,

Atau kau boleh turunkan dia untukku.

Jarak ini sedikit sulit untukku,

bila kau terus saja berjalan meninggalkan aku

please, my bus...

langkahku mulai tak tau arah, dan terhenti

kaki tak sanggup lagi untuk berlari hingga aku tersungkur jatuh

tetap tak jua kau menoleh dan berhenti untukku.

Langkahku mulai gontai tak kau dengarkan aku bicara

Meninggalkan aku tanpa kata.

Baiklah aku akan mengalah,

Please, my bus

Titipkan pesanku untuknya

“ku tunggu di halte berikut !”

By. Wulan

LELAKI UNTUKKU …

OLEH : SRI WULANDARI

Sekejab rasa itu menghilang. Benci tlah rasuki raga hingga tak kenal apa itu rasa. Cinta, sayang, suka hanyalah omong kosong belaka. Cinta itu hanya jebakan untuk membuat jiwa ini perih, layu, lalu mati. Sayang itu hanyalah menunggu rasa yang akan sakiti hati dan suka hanyalah permainan petak umpet yang menyimpan sejuta rasa benci. Duka perlahan menitik seperti gerimis yang membasahi dedaunan lalu deras di tambah halilintar dan petir yang kian menyambar menggelegar , memporak-porandakan semua yang ada di sekitarnya.

Bulan pucat pasi di atas langit yang kian kelam. Sayup-sayup terdengar lolongan anjing atau serigala, entahlah. Aku duduk sendiri di taman ini menanti cerita kekasih yang entah kapan datang kembali. Aku menatap bulan di langit malam, seperti melihat wajah sendiri yang kian seperti mati. Terkadang lewat pasangan-pasangan muda maupun tua yang entah memang kekasihnya atau tidak, aku tak tau dan memang tak ingin mau tau. Malam semakin kelam, sepi kian menggelayut merasuk terasa di seluruh penjuru hati. Dingin juga kian menusuk-nusuk tubuhku. Aku tetap duduk tak bergeming di antara bulan yang kian pucat pasi dan malam yang kian kelam membelam, menanti cerita kekasih yang entah kapan datang lagi.

****

Aku menemukan karunia Tuhan yang sempurna ketika aku dan malam masih bersahabat. Dia menangkupku dengan cinta lalu membawaku pulang.

Lelaki… untukku !

Lelaki itu datang dalam hidupku. Melengkapi warna yang dulu hanya ada hitam dan putih. Lelaki itu membuatku merasakan indahnya hidup. Mencerahkan hari-hari yang kulewati. Membelai dengan kehangatan hingga aku lupa di mana aku berpijak. Duniaku terlalu penuh dengan kebahagiaan, hingga tak ada duka yang berjelaga di antara dinding hidupku. Hidupku sempurna, tak ingin ada yang mengusik dan mengganggu kebahagian kami. Dunia milikku dan dia. Aahh… sungguh indah rasanya.

“hari ini apa kamu akan pulang cepat sayang ???” aku bertanya pagi itu ingin tau kegiataan yang akan dikerjakaannya hari ini

“hari ini aku akan pulang malam sayang, sebaiknya kamu tidur duluan dan jangan menungguku.” Ujar dia dengan gaya khasnya yang lembut. “aku tidak akan meninggalkanmu !” sambil membelai mesra hatiku.

Aku selalu disini, ditempat yang sama,di dalam rumah ini menanti kedatangannya yang membawa cinta untukku. Menyiapkan apapun keinginannya hingga dia memberikan pujian manis yang selalu memabukkanku hingga melayang. Aahh… terlalu indah cintaku untuk diungkapkan. Telah 3 bulan ini kami menjalin kisah cinta. Cinta antara aku dan dia, cinta antar makluk Tuhan, cinta antara cinta, cinta antara manusia, cinta dengan kasih dan hanya cinta ….

Ada yang salah dengan cintaku?

Cintaku tak pernah salah

Orang-orang yang menganggap cinta kami salah. Mengecam dan menghina kami hingga kami tuli dan kami tak peduli.

Apa yang salah?

Cinta tak pernah salah. Hanya karna cinta itu buta dan tak melihat.

“sudahlah sayang, mereka tak akan mengerti tentang kita. Yang tau hanya kau dan aku. Dan yang berjalan juga kau dan aku, bukan mereka…” begitulah kata-katanya yang membuat tenang dan damai.

Ah…semua telah terlanjur dan kami telah menikmati indahnya cinta kami. Aku hidup dengan dia, bukan dengan orang yang terus-terus menghina hidup kami padahal di dalam hati slalu kesepian butuh cinta,haus cinta, miskin cinta dan sangat memimpikan cinta. Kami menikmati hidup kami. Tak pernah ada duka atau luka, yang ada hanya cinta. Cukup hanya untuk aku dan dia, tak perlu ada yang lain.

Lelaki untukku dibulan merah darah…

Cerahnya malam ini sama seperti gambaran hatiku yang semakin merah oleh cinta. Aku menanti kedatangannya di kamar ini, berkaca dan melihat betapa anggun dan cantiknya aku malam ini, walau aku bukan perempuan terindah, tapi…aku hanyalah keindahan malam yang memabukkan. Terlalu lama aku telah menantinya di sini, malam kian larut beranjak sedetik demi sedetik dan semakin sepi. Dia tak kunjung datang. Aku mulai resah gelisah menanti kedatangannya. Aku asa…

Disaat yang sama aku dikagetkan dengan bel pintu berbunyi berulang-ulang, aku beranjak untuk membuka pintu. Aku bertanya siapa yang datang, entahlah aku tak tau? Aku berjalan mendekat dan semakin dekat dengan pintu, membukanya dengan perlahan. Karena malam ini aku merasa tak mengundang siapapun tamu. Terkadang tamuku juga akan langsung memanggilku dan aku bisa menebak siapa yang ada di balik pintu itu. Hari ini aku tak tau siapa yang ada di balik pintu itu, tamu itu diam saja sedari tadi. Tak ada mengucapkan sepatah katapun dan aku curiga.

“happy birthday honey…!!!!” seseorang muncul dengan bunga menutup wajahnya

Aku tak tau siapa dia. Aku memiringkan kepala untuk melihat siapa di balik bunga yang sangat cantik sama seperti malam ini. Betapa terkejutnya aku melihat siapa dibalik bunga indah itu. Aku juga tak menyangka dia akan mengingat hari ulang tahunku yang keluargaku sendiri tak pernah mau mengingat hari luka itu. Air mataku menetes saat aku tak menyadari itu, aku terharu.

“kenapa menangis, sayang?” dia menghapus air mataku dan membawaku kedalam rumah dan mendudukkanku di sofa.

“aku sangat bahagia.”

Aku memeluknya dengan cinta. Lalu memberikan hadiah yang mungkin telah sering kami lakukan berdua ketika dia datang setiap malam, menggulung seperti gelombang laut yang menerpa daratan . Aku bahagia, tak ada luka dan duka di hidupku lagi.

“aku sangat mencintaimu sayang!” ujarnya ketika aku membuka mataku di pagi hari.

“aku juga! Apa kita akan selamanya seperti ini sayang?”

Dia diam sejenak, berpikir mencari jawaban.

“mungkin…??!” diam lama dan tiada henti, aku buyar. Aaah… tapi mungkin hanya perasaanku saja.

Aku merasa aneh, tak pernah aku merasa seaneh malam ini. Aku seperti akan kehilangan sesuatu dalam hidupku lagi. Aku tak mau, aku tak mau lagi ada luka dan duka di hatiku. Cukup sudah masa lalu yang kelam, membutakan mata hingga habis asaku untuk berlari mencari kebahagian. Kebahagian tlah ada di depan mata sekarang. Aku tak sanggup bila harus melepaskan bahagia. Sudah terlalu banyak tangis yang ditahan, sedu sedan yang di simpan. dan aku takkan sanggup melepasnya

Matahari menantang dan cerahnya hari ini membuat aku ingin keluar dan menikmati hari yang telah lama tak kulihat. Berjalan setapak demi tapak, melihat kiri kanan. Anak-anak berlari dan bermain dengan riang gembira, mengingatkan aku pada masa kecilku yang tak ada teman berbagi cerita ataupun bermain. Ayah dan ibuku selalu sibuk dengan diri mereka sendiri, ketika bertemu selalu berkelahi dan menyalahkan aku anak haram yang tak pernah diharapkan. Lalu pergi lagi menjadikan luka untukku. Beberapa pasangan muda perempuan dan lelaki sedang asyik memadu kasih di bawah rimbunnya pohon taman. Membuat iri beberapa pasang mata yang melihat, dan membuatku merasa sangat jengah karena mengingatkan aku pada ayah dan ibuku yang sekarang aku tak pernah tau mereka dimana, atau mungkin aku yang tak pernah mau tau sejak aku berusia 20 tahun.

Angin sepoi-sepoi membelai wajahku. Sudah lama aku tak pernah merasa segar seperti ini. Mungkin karena aku terlalu lama terus-terusan berada diruangan dan jarang menikmati kehidupan luar semenjak bersama dengannya. Tetapi panas terlalu menyengat membuat debu berterbangan naik membuat mataku kemasukkan debu jalanan.

“ah… sudah terlalu panas, lebih baik kembali pulang.”

Mataku tertumbuk pada satu sosok yang aku kenal. Sosok lelaki terindah yang selalu membuat aku bahagia yang selama ini selalu membuat hariku sempurna dan cerah walaupun tanpa mentari. Rasanya siang itu menjadi gelap dan petir menyambar dahsyat di sudut hatiku. Aku tak percaya, dan tak pernah mau percaya. Aku memperhatikan setiap langkah kakinya yang kian lama masuk ke sebuah motel bersama seorang…. Berangkulan dan bergandengan mesra.

Aku tak percaya…

Ini hanya kebohongan

Ini khayalan.

Dia bersama dengan lelaki

***

Malam itu dibalik jendela kamar terlihat bulan pucat pasi, sepertinya akan menggelinding jatuh, meledak dan terburai menjadi kepingan kecil. Dia datang dengan suka, membawa sebuket kebahagian semu. Dia tersenyum dan merangkulku. Aku tak peduli, aku marah dan aku kecewa.

“kenapa?” Aku diam

“apa yang terjadi tadi?”

Aku tetap diam

Aku memang posesif, karena aku tak mau membagi kebahagianku dengan orang lain. Cukup hanya aku dan dia saja yang menikmati, tak ada lagi orang lain yangkan ganggu hidupku dan dia.

“cukup sudah! Diam!!!!”

Dia terkejut dan mundur beberapa langkah dariku

“aku muak dengan apa yang kau ucapkan padaku. Buang semua omong kosongmu soal cintamu.”

“apa maksudmu, sayang?” dia berjalan mendekat

“ jangan panggil aku sayang. Kau pikir aku gak tau apa yang kau lakukan dengan lelaki itu, bergandengan lalu bermesraan di motel murahan itu. Tidak hanya ada aku dihidupmu.”

“itu tidak mungkin…!!” ujarnya membela diri

“apa yang tidak mungkin, aku melihatnya sendiri.” Dia diam

Dia tak bisa membantah kebenaran. Aku semakin gila dan melempar semua yang terjangkau tanganku kepadanya, dia mengelak

“kau penghianat. Kau bilang kau mencintaiku dan hanya aku. Kau pikir aku gak punya hati? Bukan manusia? Tega benar kau!!!”

“sayang aku akan menjelaskan semuanya.” Dia membela diri

“aku akan membunuhmu. Biar hanya aku sendiri yang akan memilikimu.”

“…..”

“mungkin lebih baik seperti itu, kau membuat kecewa. Kau sama dengan orang munafik itu, sama dengan ayah juga ibuku…” aku sesenggukan

Aku mengambil pisau dapur yang terjangkau genggamanku di atas meja makan. Berjalan semakin mendekatinya. Dia meringsek mundur menyelamatkan diri,mencari perlindungan agar tak tergapai olehku. Tetapi sayang dia terpojok dan aku menang. Aku mendekat juga, juga semakin dekat. Mataku gelap. Tak ada cahaya, yang ada sekelebat hitam. Aku menusuk tepat di jantungnya, biar tak ada lagi cinta selain untukku.

“sayang!!!” dia tertatih menggapaiku

Aku tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi hanya ada dia dan aku.

“aku mencintaimu selamanya.” Dia terkapar tak berdaya lalu mati.

Air mataku tak dapat menetes lagi untuk kehilangan ini. Sudah terlalu banyak tangis yang ditahan, sedu sedan yang di simpan. Waktu telah membekukan lidahku untuk meratap. Dan ini bukanlah sebuah kehilangan.

“sayang aku akan menjagamu selamanya bersamaku. Tak akan ada lagi yang akan merebutmu dariku. Hanya aku…dan kita telah sempurna. Kau dan aku “

Aku membelai mesra wajahnya dengan tanganku yang penuh darah

“kau dan aku… satu !!!”

Cinta aku dan dia, cinta antar makluk Tuhan, cinta antara cinta, cinta antara manusia, cinta dengan kasih, cinta lelaki dengan lelaki terindah ….

Ada yang salah dengan cintaku?

Cintaku tak pernah salah

Orang-orang yang menganggap cinta kami salah. Mengecam dan menghina kami hingga kami tuli dan kami tak peduli.

Apa yang salah?

Cinta tak pernah salah. Hanya karna cinta itu buta dan tak melihat.

***

Sekejab rasa itu menghilang. Benci tlah rasuki raga hingga tak kenal apa itu rasa. Cinta, sayang, suka hanyalah omong kosong belaka. Cinta itu hanya jebakan untuk membuat jiwa ini perih, layu, lalu mati. Sayang itu hanyalah menunggu rasa yang akan sakiti hati dan suka hanyalah permainan petak umpet yang menyimpan sejuta rasa benci. Duka perlahan menitik seperti gerimis yang membasahi dedaunan hingga jadi embun lalu deras di tambah halilintar dan petir yang kian menyambar menggelegar , memporak-porandakan semua yang ada di sekitarnya.

Aku tetap duduk tak bergeming di antara bulan yang kian pucat pasi dan malam yang kian kelam membelam, menanti cerita kekasih yang entah kapan datang lagi.

Rumahcinta, 14 april 2009

CINTA DARI SEBERANG


By. Wulandari
Aku mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(sapardi djoko)
Rembulan
Tugas kuliah hari ini selesai kukerjakan, tapi mataku belum mengantuk jam menunjukkan pukul 24.00. hendak berbuat apalah, tiba-tiba terlintas satu hal yang sudah lama tak kulakukan. Serasa sudah sangat lama aku tak menyentuh situs ini sedikitpun, aku membukanya dengan hati-hati.
Tak berubah sedikitpun, masih terlalu banyak orang-orang gila disini. Aku masukkan nicknameku dengan nama asliku, kemudian mengisi slide berikutnya dengan nama kota lalu mencari salah satu nama. Saat itu pesan dari berbagai macam bentuk mulai melintas-lintas dilayar laptopku. Mulai dari yang waras dengan pembukaan yang sopan hingga orang gila yang langsung to the point mengatakan ML yuk. Hufh... wajar saja, aku sedang bermain dimana? Dan wajar saja ini sudah jam berapa? Aku mencari nama yang menarik, aku menemukannya dengan nickname Akar_Langit. Dari nama kelihatan dia orang yang punya selera. Aku segera membalas pesan-pesan yang dikirimnya untukku, tanpa memedulikan pesan-pesan lain yang juga menyala-nyala ingin segera kubalas. Itu awal pertemuan kami dan berlanjut tak hanya dari situs MIRC.
[Akar_Langit] hai...
[Rembulan]Hai juga !!!
[Akar_Langt] Nama km bgus dech, ska ^^
[Rembulan] makasih ... asl, please ???
Aku mulai merasa, aku jatuh cinta dengan orang yang tak terlihat oleh mata. Awalnya aku merasa ini tak dapat kujalani, tapi setelah aku berpikir ini cintaku yang beda karena membuat aku tak biasa. Aku tak biasa harus menunggu tengah malam, aku tak biasa harus sering-sering mengisi pulsa modem, aku tak biasa terus membayangkan bagaimana dirinya. Hingga aku pernah bertanya padanya,
[Rembulan] bagaimana rupamu atau suaramu? Aku penasaran dan aku ingin melihatmu, bisakah km mengirmkan poto untukku. Aku kirimkan ftoku untkmu.
[Akar_Langit]tak perlu mengenal hanya karena kau melihat parasku, tapi lihatlah seberapa pantas aku bisa menghiburmu dan membuatmu nyaman.
Aku tak pernah kembali bertanya lagi, kubiarkan dia menjadi misteri karena aku tahu ini adalah ikatan yang tulus jadi kupikir biarlah akan menjadi rahasia aku dia dan Tuhan. Perkenalan kami membuat kami berdua semakin dekat dan kami memilih untuk menjalaninya, aku dan dia menjalin ikatan resmi walau tanpa tahu wajah dan suara. Ini percintaan yang tulus yang tak harus memikirkan siapa dia? Atau dia berstatuskan apa? Karena yang aku tahu ini ikatan yang tulus karena aku mencintaimu karena membuatku nyaman dan punya makna.
Suatu kali dia mengirimkan pesan singkat di semua situsku.
Biar cinta ini tetap tak terlihat
Karena aku mencintaimu bukan sebatas yang kau tau
Aku bukan mencintai apa yang ada padamu tapi ada padamu
Akh... indah, itu kata terindah yang pernah kudengar. Tak seorangpun pernah mengirimkan aku puisi dengan kata-kata seperti malam ini. Aku sangat senang. Dia selalu jadikan aku bulan purnama sempurna yang bersinar dengan terang, dia jadikan aku sempurna dengan menjadikan aku keindahan. Tak ada hal lain di hatiku selain cinta.
Aku dan dia telah menjalaninya berdua hingga ini bulan ke 3, masih tak tau rupanya dan suaranya tapi aku puas. Cintaku padanya tetap tak pernah berubah malah semakin cinta. malam ini dengan penuh semangat aku membuka laptopku lalu segera tersambungkan dengan dunia maya tepat pukul 11 malam, waktu yang dijanjikan.
Tapi dia membuat aku tergagu ... Dia menghempaskan aku dari gedung berlantai 80 dan aku mati.
Aku tak percaya, perlahan-lahan aku membuka fotonya. Hening !!!
Kirana
Akh... sudah lama aku tak bermain dengan MIRC, aku membuka satu situs internet yang sudah sangat terkenal dari dulu untuk sekedar chatting dengan orang-orang yang tak terlihat dan tampak oleh mata juga tak teresapi dengan suara. Malam ini, sekedar iseng di jam 12 malam aku membukanya dan tanpa sengaja terlintas ide iseng yang sebenarnya bukan sekedar iseng. Aku membuat nick name dengan nama Akar_Langit, sesuatu yang menggambarkan salah satu keperkasaan bukan ?
[Akar_Langit] hai...
Aku mengetik salah satu nama yang ada dilayar kemudian menyapanya, dia membalas sapaanku, aku merasa aku berhasil.
[Rembulan]Hai juga !!!
[Akar_Langt] Nama km bgus dech, ska
[Rembulan] makasih ... asl, please ??? (artinya asal)
Aku membalas dengan semangat dan itulah awal pertemuan pertama kami. Berlanjut saling tukar YM dan juga Twitter dan facebook dan kamipun menjadi lebih dekat. Pernah suatu kali aku bertanya padanya, kenapa bermain di situs MIRC waktu pertama kali aku berkenalan dengannya dan dia menjawab hanya iseng. Ternyata dia orang yang sama seperti aku, bedanya dia lebih jujur. Aku menatap layar komputer setelah aku berbincang dengannya disitus YM untuk membuat pertemuan ini lebih pribadi.
Aku mulai jatuh cinta pada satu hati, karena dia begitu menawan saat aku mulai meresapinya hingga kedalam. Dia sosok yang sangat mempesona dan aku jatuh cinta. Ini cinta yang salah, haruskah aku menularkannya pada orang lain. Aku tahu aku tak normal dan aku akui itu, tapi bagaimana dengan rembulan? Dia seratus persen perempuan dan aku...
Rentang garis batas memisahkan kita. Bersama itu bukanlah hal mutlak yang bisa dengan mudah terjadi hanya karena aku yang mencintai dia. Cinta tak mudah kawan, karna memang cinta butuh pengorbanan. Dan aku harus berkorban untukmu, dan aku memilih jujur ...
Pada hari ini aku akan mengungkapkan kejujuran yang sebenarnya harus sejak dulu aku mengatakan pada Rembulan. Aku menutupinya agar aku tetap bisa bersama dengan dia, tapi semakin lama aku menyimpan rahasia ini semakin membuat aku sesak dan dosaku semakin bertambah besar dan jadi beban dalam perjalanan hidupku. Aku memang harus mengatakan.
Malam ini aku menguatkan hatiku untuk berkata pada Rembulan. Aku sudah membayangkan betapa histerisnya dia ketika dia tahu satu hal ini. Tapi aku kuatkan hatiku dan berkata pada diriku aku sudah siap menerima apapun resikonya. Seperti biasa kami janji bertemu di dunia maya jam 11 malam. Akupun telah bersiap dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang mengarah.
[Akar_Langit] Rembulan, aku harus jujur satu hal padamu
[Rembulan] apa ? kamu mencintai aku, aku sudah tau
[Akar_Langit] itu pastilah, tapi bukan itu
[Rembulan] jadi? Aku manis, itu juga aku sudah tau dari dulu
[Akar_Langit] hahahahah... narsis. Bukan
[Rembulan] jadi apa ?
[Akar_Langit] aku harap kamu sudah siap menerima apapun yang akan kubilang, ini sangat penting. Aku juga harap kau setelah marah padaku, akan kembali berbaikan lagi.
[Rembulan] ini tentang apa ? ak mlai bingung.
Ak hrus marah knapa ?
[Akar_Langit] lebih baik kau tau sekarang hal ini.
[Rembulan] iya, apa? Km membuat aku pnasaran.
[Akar_Langit] ....
[Rembulan] apa ???
[Akar_Langit]....
[Rembulan] @.@
[Akar_Langit] ....
[Rembulan] sebutkanlah ??
[Akar_Langit] .....
[Rembulan] apa sich ???
[Akar_Langit] ....
[Rembulan] ya udah terserahlah. Aku capek !!!
[Akar_Langit] aku ....
[Rembulan] aku knapa ??
[Akar_Langit] aku perempuan !!!
[Rembulan]Bohong
[Akar_Langit]Ini tidak bohong, aku perempuan dan aku lesbi.
[Rembulan]Ini bohong
[Akar_Langit]Tidak, ini benar aku perempuan, aku lesbi dan aku mencintaimu.
[Rembulan]....
[Akar_Langit]Terserah km mau percya atau tidak. Ini jujur, jika tidak percaya aku akan kirimkan fotoku padamu.
[Rembulan]....
[Akar_Langit]Km bisa liat sekrang dri emailmu. Dan smua ini terserah padamu, aku tau kau membenciku. Aku akan pergi dari hidupmu karena itu yang kau pilih. Ingat aku mencintaimu dengan tulus seperti matahari yang mau membagi cahayanya pada bulan.
Aku mengirimkan kembali puisi yang pernah kutuliskan untuknya.
Biar cinta ini tetap tak terlihat
Karena aku mencintaimu bukan sebatas yang kau tau
Aku bukan mencintai apa yang ada padamu tapi ada padamu
Satu hal yang tak bisa kulupakan, aku dapat mencintaimu dengan sederhana. Dia tak dapat menerima, dia masih tetap diam dan aku kembali menjadi gagu. Hening !!!
selesai