karimun jawa

Minggu, 15 Januari 2012

MALAIKAT MEMANG TAK BERSAYAP



            Rasa memang tidaklah dapat ditebak keberadaanya. Tidaklah bisa ditelaah akan datang dari mana dan siapa orang pertama yang akan mendapatkannya. Rasa juga tidak pernah mengenal apakah perasaan itu salah ataupun benar. Tapi rasa cinta, sayang, kagum, benci, ragu, bimbang adalah warna dari hidup. Biarkanlah hidup ini berwarna sebab dari warna yang dibuat akan menimbulkan warna baru dalam hidup. Hidup untuk belajar dan salah satunya adalah belajar dengan warna hidup.
***
            Dilahirkan dan dibesarkan dikeluarga yang mandiri membuatku selalu belajar sendiri. Tidaklah hanya itu, pengalaman hidup di sekolah dasar yang selalu dikucilkan dan di sekolah menengah pertama dijadikan bulan-bulanan membuatku tidaklah pernah percaya pada siapapun. Aku selalu melakukan apa yang aku inginkan sendiri. Hanyalah kedua orang tuaku yang kupercaya tidak akan mencelakakan anaknya sendiri, meski mereka terkadang memaksa keingin mereka. Walaupun begitu ketika aku masuk di Sekolah Menengah Atas aku mulai belajar tentang hidup bersosialisasi dari teman-temanku yang selalu mendukungku, aku mulai menangggalkan baju bajaku.  Dan kini dunia kuliah menjemputku lebih cepat ketika aku belum siap untuk meninggalkan duniaku yang masih ku tata dengan baik. Aku memulainya seperti balita hingga terakhir aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri. Terkadang aku iri melihat teman yang bisa begitu dekat dengan teman lainnya bahkan bisa mempunyai teman berbeda jenis kelamin.
Selama ini tidaklah mudah percaya pada apa yang namanya rasa percaya, tetapi sejak mengenal dirimu aku ingin mempercayakan semuanya padamu. Aku berikan kepercayaan itu hingga aku kehilangan kepribadianku sendiri. Aku tidak lagi mampu hidup tanpa melihat senyummu. Candu itu telah merasukku hingga aku tidak dapat menolaknya. Aku senang dan aku ingin.
            Satu kali aku dan dia melakukan kesalahan. Kesalahan yang harus membuat kami berpikir ulang mengenai arti sahabat. tapi bukan aku tak peduli, tapi ini hanyalah ungkapan dari sayang. Aku bahkan tidak ingin melepaskannya. Tapi ketika satu hari gerimis dia kami berbincang dan dia menangisi sesuatu yang membuat aku pilu. Aku berjanji pada Raja Semesta semenjak saat itu, aku akan menjaganya hingga aku tak lagi bisa bertahan. Ketika tahupun beban yang ditanggung hidupnya tak mudah aku bertekad untuk selalu jadi tongkat untuknya ketika kakinya tak lagi sanggup untuk melangkah. Tapi satu hari juga ketika aku menangis dia memilih untuk tak lagi ingin menjadi aku sahabatnya, bukan main pedih rasanya saat itu. aku hanya ingin dia tahu perasaanku saat itu meski ada kata-kata yang salah ku ucapkan. Malam hari aku memberikan satu sms untukknya untuk kembali percaya padaku.
            Aku tahu tidaklah mudah merubah bubur menjadi nasi kembali. Tapi aku ingin mengulang dan memperbaiki kesalahanku di masa itu. hingga hari ini ketika aku menulis tulisan ini semuanya juga telah berubah. Aku merasa rasa itu sudah tak seperti waktu itu, ketika dia peduli padaku ataupun dia sangat percaya padaku. Aku tahu aku hanya ada apa yang bisa aku berikan padanya, tak ada.
            Setiap kali aku menangis ketika mendengar lagu Vierra – pertemuan singkat ataupun lagunya sammy – sedang apa dan dimana? Hari itu bisakah kembali lagi padaku aku hanya ingin memperbaiki kesalahan yang aku buat.
Hari ini aku menulis ini meski pilu, aku masih ingin menjadi malaikat tak bersayap untukmu. Ada untuk menenangkanmu. Ada untuk membahagiakanmu, ada untuk menjagamu. Aku ingin selalu ada untukmu.
Sajak ini sengaja kutulis untukmu, mungkin ketika aku sudah tak ada di dunia ini ADIK ANGKATKU.

MALAIKAT TAK BERSAYAP
Meski luka ini kembali menganga lebar ketika kau tak pedulikan
Aku masih terus bertahan hingga habis darah, hngga tak berdetak jantung dan raga telah kaku
Sebab aku telah berjanji pada Raja semesta ketika kau menangis malam itu di saat gerimis membasahi kau dan aku
Aku berjanji untuk selalu menjagamu apapun keadaanku
Aku akan menjagamu dari apa dan siapa
Senyummu adalah pengobat luka, jadi biarkan sajalah aku mati dan menutup mataku di akhir cerita ini aku dapat melihatmu tersenyum untukku.
Agar ketika aku menutup mataku aku bisa melihatmu dipelupuk mataku.
Aku terlanjur menyayangimu melebihi sayangku pada diriku hanya pada diriku
Malaikat kecilku  ...


PERJANJIAN DENGAN RAJA SEMESTA UNTUK PERI KECILKU



            Di hidupku aku berjanji pada raja semesta untuk melindungi seseorang yang teramat sangat indah senyumnya, kau tau senyumnya lebih indah dari matahari, bulan dan bintang. Ketika dia tersenyum kau akan merasakan dunia ini indah. Tapi sayangnya dia tidak hanya tersenyum, hidup memang selalu banyak tantangankan. Hidupnya tidak sesederhana dan tidak sebagus yang terlihat. Ketika kau tatap mata sendunya, kau akan tahu berat bebannya sebagai orang pertama yang punya tanggung jawab besar dipundaknya. Aku rasakan itu ketika menatap matanya dan aku tersedot masuk kedalam matanya hingga sekarang.  Terutama ketika dia menangis dan tangisanya mengenai kulit ragamu. Kau akan merasakan betapa kerasnya kehidupan menempanya. Dunia terasa kabur dan berkunang-kunang di mataku. Aku tidak tahan lagi dengan semua itu, Jadilah aku membuat perjanjian dengan raja semesta seperti ini kemarin sore-sore di hari tidak hujan di bawah jendela rumah tua berwarna hijau muda.
            Raja semesta kau dengar aku?
            Aku berjanji akan melindungi orang ini diantara hidupku kelak.
            Jika waktu mempecundangi hidupnya,
            ijinkan aku melindunginya dari jarum jam yang menusuk.
            Jika arah angin membuatnya tidak tahu arah kemana kaki melangkah,
            Ijinkan aku membantunya untuk membawanya kearah angin yang mencipta mimpi.
Itulah isi perjanjianku dengan Raja semesta. Kau tahu selama ini tidak ada masalah yang berlaku dengan perlindungan itu. pernah beberapa kali aku menuruti apa mau dia dan untuk menyenangkannya aku patuhi apapun yang dimintanya. Bahkan ketika aku sedang tidak ingin lakukan maunya, masih tetap aku berusaha melakukan. Kau tahu, ternyata dibalik semua itu ada setan. Setan yang selama ini berada tepat dimatanya kini berubah menjadi besar dan kini berada tepat disebelahnya. Setan yang kian hari kian membesar itu selalu menyeringai ketika menatapku. Memang hidup itu memang tidaklah mudah, apalagi semenjak ada setan yang merusak semua rencana yang telah aku buat untuk melindunginya. Dia porak-porandakan rencana yang kususun rapi di rak buku rencana yang akan kuhidangkan kelak pada Raja Semesta ketika aku menghadapNya. Setan itu membuang puzzle kehidupan di lubang api dan membakarnya dan yang tertinggal hanyalah mozaik satu demi satu. Aku bahkan tidak tahu mozaik yang tertinggal apakah kebaikan atau keburukan. Akhir dari semuanya adalah ketika dia mencurigai aku merusak kehidupannya dan membuatnya murka kepadaku. Dia hempaskan semua mozaik yang kutunjukkan kepadanya kemarin sore di hari hujan. Tapi kau tahu, dia menghempaskannya hingga aku terjatuh. Dia mengatakan kepadaku itu hanyalah kebohongan belaka untuk menjebakknya. Aku hanya terdiam saat itu, kakiku tidak lagi kuat untuk berpijak ketanah. Airmataku akhirnya tumpah juga ketika aku menghadap Raja semesta di malam kemudian. Aku limbung.
            Raja semesta, kau dengar aku?
 Tapi, meskipun demikian hari ini aku berjanji kembali menghadapMu. Raja semesta, meski luka ini terus menganga dan semakin lebar, Aku akan bertahan hingga habis darah ini, hingga jantung yang kau berikan tidak lagi berdenyut kemudian raga menjadi kaku. Sebab aku telah berjanji padaMu untuk selalu menjaganya dan tidak membuatnya bersedih apapun keadaan dan dalam keadaaan seperti apapun. senyumnya adalah pengobat luka, jadi biarkan aku mati ketika aku tidak lagi sanggup dengan tetap melihatnya tersenyum untukku di hari terakhirku di mataku yang kian buta.
           
            Hari-hari yang terjadi kemudian tidak semakin baik memang, tapi aku tetap berpegang  teguh daripada aku harus menyerah pada setan yang tertawa diseberangku melihat keadaan aku yang compang-camping. Setan mendekati dan berbisik padaku untuk menyerah pada keadaan ini, tapi aku menepisnya. Tapi sayangnya itu hanya berlaku padaku, ketika dia berbisik kepada dia. Kau tahu dia bahkan bukan lagi percaya, tapi sangat percaya. Limbung saat itu juga tubuhku, pijakkan tanah tidak sekeras pertama kali kupijakkan. Aku bingung harus apa lagi, kekuatanku sudah tidak sebanding dengan setan yang kini memerah seperti api disebelah dia yang senyumnya kini kian palsu didepanku. Hanyalah topeng yang dibawanya kemana-mana untuk menutupi keaslian dirinya yang kian rapuh. Aku galau. Malam demi malam aku menghadap Raja Semesta untuk mendamaikan hatiku. Siang demi siang juga aku menghadap raja semesta untuk membuatku kuat dalam keadaan terlemahkku ketika aku mengahadapinya. Akhirnya malam tadi aku menghadap Raja semesta untuk mengadu.
            Raja semesta kau dengar aku?
            Bagaimana kali ini aku harus mengatakan kepadaMu  Raja Semesta?
Aku gagal melakukan tugasku. Dia baru saja membunuhku dengan pisau bermata 7 dan rohku sudah terlepas dari raga, padahal belum selesai upacara persembahan pengusir setan. Raja semesta, sakit rasa ketika ketika pisau bermata 7 itu menancap tepat dihatiku. Mati tapi tak mati, tapi sakit ini merontokkan raga. Tulangku pun terasa ngilu. Tapi meskipun begitu aku tidak pernah mendendam untukknya, karena aku tahu itu bukan inginnya, mungkin setan itu telah berkuasa dihatinya Raja  Semesta.
Raja semesta, aku pikir aku akan tetap bertahan sekali lagi untuk tetap disini. Aku akan     menuntaskan tugasku, setelah itu aku akan ikut denganMu. Masih bolehkah??

Dengan keadaanku yang lemah, akhirnya kuhentikan semua rencanaku sesaat. Kubiarkan setan kali ini puas dengan apa yang dilakukannya. Aku sudah terlalu lama memang tidak jeda dari semuanya. Raja semesta kemarin mengingatkan aku. Untuk beberapa saat kubiarkan dia sendiri tanpa kutemani. Mungkin saja dengan demikian dia akan memaafkan kesalahanku yang kian membatu dihatinya. Mungkin saja dengan demikian dia akan ingat kenangan denganku dan kemudian kami bisa memulainya dari awal. Bukankah itu yang lebih indah dari semua. Aku tidak lagi harus bersembunyi ketika aku ingin melihat senyumnya yang tanpa topeng. Diam-diam mengintai terkadang membuat aku lelah juga, hingga terkadang aku merasa putus asa dan tidak percaya diri. Hingga di malam yang panasnya menusuk aku kembali mengadu.
Raja Semesta, kau dengar aku?
Saat sakit ini kembali bernanah dihari yang lain. Dia menyiramnya dengan air panas kali ini, tidaklah itu cukup untuk membakar luka yang menganga.

            Kau tahu ternyata Raja Semesta berbisik kepadaku, Raja Semesta mengatakan padaku ujian ini cobalah untuk bertahan sedikit lagi. Janganlah menyerah, tapi hanya kau beri jeda pada keadaan ini. Keadaan dimana kau lelah dan tidak sanggup melangkah. Kau tahu, saat itu aku menangis mendengarnya, aku juga tidak mengerti kenapa aku menangis. Aku terharu, aku sedih, aku rapuh, aku galau, aku kacau. Dan aku sangat senang ternyata Raja Semesta menjawabku. Memang selalu pantas ketika Raja Semesta selalu dikatakan Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Disaat jedaku, aku tidaklah pernah menyangka ternyata semua makhluk Raja Semesta yang tidak aku duga terus mendukungku. Dengan berada disampingku, aku jadi merasa tidak sendiri. Aku lepaskan bebanku itu sejenak dan kubuang penatku agar berkurang sedikit bawaanku. Meski begitu ketika aku bermain, masih saja aku mengkhawatirkan dia. Apakah dia hidup dengan baik? Apakah dia sudah makan dengan teratur? Apakah dia tidak lupa berdoa pada Raja Semesta? Apakah dia mengenakan baju hangat ketika dingin? Siapakah orang yang dihubunginya ketika dia tidak berani berjalan dimalam gelap? Aku terlalu khawatir.
Lambat-laun semuanya menjadi lebih baik. Dia tidak lagi seganasnya kemarin ketika dia menancapkan pisau bermata 7 dihatiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia sebenarnya, setan yang kemarin tertawa-tawa disampingnyapun hanya bungkam. Setan itu hanya tersenyum lemah kepadaku. Meskipun demikian aku tidak ingin lagi salah melangkah. Aku biarkan dia sendiri, mungkin dengan begitu aku jadi tahu ini hanya jebakan atau bukan. Baru mungkin setelahnya setelah semua keadaan menjadi lebih baik aku akan mulai melangkah maju dan berada di depannya untuk bertarung dengan setan yang setiap saat mengikuti kemanapun pergi.
Raja Semesta, kau dengar aku?
Hari ini sudah lebih baik dari pada kemarin. Luka ini semakin lama semakin kering. Sepertinya aku akan melangkah kembali di hari besok yang cerah. Hari dimana mimpi akan melebur menjadi satu harapan.  Aku harap Kau masih selalu bersamaku Raja Semesta. Aku akan kembali memenuhi janjiku padaMu Raja Semesta. Tunggu aku melakukan tugasku dengan baik, aku akan segera ikut denganMu.
            Selesai melakukan ritual yang biasa kulakukan menghadap Raja Semesta. Pagi ini langkahku sangatlah ringan untuk dijejakkan. Tidaklah lagi aku harus menahan perih ketika aku melangkah seperti kemarin karena luka yang dibuatnya masih belum kering. Senyum yang kuterima dari dia juga semakin tulus, aku merasakan jika ini pertanda baik. Untuk pertanda baik hari ini aku merayakan kesenanganku dengan berbincang dengan Raja Semesta sambil bersantai di sore yang sejuk akibat angin sepoi-sepoi yang menyapa wajahku.
            Raja Semesta kau dengar aku?
Sepertinya tugasku hampir selesai. Sebentar lagi aku akan ikut denganMu. Kau senangkan?
Raja Semesta, masihkah kau ingat jika aku sangat menyukai senyuman dia sejak pertama kali aku melihatnya. Itu senyum tertulus yang kudapatkan. Senyum yang seperti bidadari pagi dihari subuh, sejuk.
Ingatkah pertama kali aku melihat senyumnya di terik siang, senyumannya melebihi terik sinar mentari hari itu. Tahukah aku menunggu senyumannya setiap hari untuk mengisi tenagaku untuk satu hari penuh. Lebih indah daripada Cinta yang terkadang buta. Akhirnya aku akan bisa melihat kembali senyuman yang kurindukan itu. senyuman dimana bunga-bungapun tumbuh subur setelahnya. Aku menunggu hari itu, meskipun ketika hari itu tiba aku akan segera kembali kepadaMu. Senyum yang akan membuat harimu jadi lebih indah, meski sedang berada disituasi terburukpun.

            Masih tidak lagi kulihat setan yang kemarin berwarna merah di sebelahnya. Aku sangat terharu melihat kecerian itu masih ada untukku dan dia. Masa dimana kami tertawa dan menertawakan bersama-sama, kemudian masa dimana tangis membuat kami lebih dewasa melawan takdir. Pisau bermata 7 itupun telah terlepas dari tangannya. Kini tangannya menggenggam bunga. Bunga yang mempunyai 5 kelopak dengan berbagai warna. Aku baru kali ini melihat bunga seindah itu. melihatnya membawa bunga berkelopak 5 dengan berbagai warna, kau tahu aku jadi berbunga-bunga. Dimana-mana aku lihat hanyalah bunga dengan berbagai warna. Menyenangkan hari yang ku lalui. Tapi satu yang sangat kusayangkan, aku haruslah segera pergi setelah puas menikmati senyumnya itu. aku harus segera memenuhi janji pada Raja Semesta. Aku harus siap dimana Raja Semesta menjemput aku dalam keadaan apapun.
            Raja Semesta,
Aku siap kapanpun kau akan menjemputku. Tidaklah aku takut pada apapun lagi. Aku telah menyelesaikan perjanjianku denganMu. Yang terpenting lagi tidak lagi ada gelisah yang kurasakan, hanya rasa bahagia yang meliputiku. Senyum yang kurindukan untukku telah kembali dan aku sangat bersyukur.
Raja semesta, aku akan titipkan hidupnya denganMu. Aku tahu tanpa ku beri tahupun Kau akan melindunginya, tapi aku mohon jangan biarkan dia dengan mudah menangisi hidup yang terkadang sulit. Dan aku juga tidaklah mau dia berlama-lama menangisi pertemuanku denganMu. Selain itu aku ingin kau menjaga orang-orang terkasihku yang selalu kupertaruhkan segalanya demi mereka, sama seperti dia.
Terima kasih Kau telah dengan setia menunggu aku menyelesaikan semuanya Raja semesta. Aku ikut denganMu.

Selesai
Teruntuk sahabatku :
Jadikanlah ini pelajaran kawan. Aku tidak pernah membencipun sekalipun kau menyakiti hatiku. Kau tahu kawan, kaulah orang yang paling kupercaya. Kaulah orang yang paling ingin kulindungi setelah keluargaku. Kaulah orang yang memberi banyak warna dihidupku, menjadikan aku jadi jujur untuk menghadapi hidup yang kian keras. Kaulah orang pertama yang kuanggap saudaraku kawan selain keluargaku dan aku terlanjur mematrikannya di batu. Jadi akan susah untuk menghapusnya. Kau ingat kata-kata yang pernah ku kirim padamu.
“ kenapa kau tak percaya ada ikatan saudara walau kita tak ada ikatan darah....”
Kira2 begitulah isinya kawan. Susah untuk menghapusnya dari ingatan. Kau tahu kawan, ketika aku marah dan sangat membencimu keluargamu memutari kepalaku. Aku terlalu menyayangi kelurgaku dan ‘keluargamu’ jika kau mau percaya itu. sekuat tenaga aku ingin membantumu dan keluargamu, karena dan sebab itu pula aku berteman denganmu. Dari awal pertemuan kita dulu.
Kuharap kau maafkan aku dengan kesalahanku yang buat kau menjauh dariku. Aku selalu berpikir kita bisa selalu membagi suka dan duka untuk meringankan beban masing2. Hiduplah dengan damai, aku akan selalu mendukungmu kawan apapun pilihan hidupmu.
Salam sayang sahabatmu,   
Sahabat Kecil
            By. Ipang BIP

Baru saja berakhir, hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli.
            Bersamamu kuhabiskan waktu senang bisa mengenal dirimu
            Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya
Melawan keterbatasan walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah tuk hadapi biar sedih tak mau datang lagi
            Bersamamu kuhabiskan waktu senang bisa mengenal dirimu
            Rasanya semua begitu sempurna sayang untuk mengakhirinya
            Janganlah berganti...
            Tetaplah seperti ini,
            Janganlah berganti.